Transportasi publik di Indonesia, khususnya kereta commuter line dan KAJJ, menjadi salah satu sarana transportasi utama yang digunakan oleh ribuan orang setiap harinya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, keamanan di transportasi publik, terutama terkait dengan pelecehan seksual, semakin menjadi sorotan. Data terbaru menunjukkan bahwa antara Januari hingga Oktober 2025, tercatat 36 kasus pelecehan seksual yang terjadi di dua layanan kereta tersebut: PT Kereta Api Indonesia Commuter Line (KAI Commuter) dan KAJJ.
Pelecehan seksual yang terjadi di transportasi umum bukanlah masalah baru, tetapi meningkatnya jumlah laporan yang diterima oleh pihak berwenang menunjukkan bahwa permasalahan ini semakin serius. Kasus-kasus ini tidak hanya merugikan korban, tetapi juga mencoreng citra sistem transportasi publik yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi masyarakat.
Angka yang Mengejutkan: 36 Kasus Pelecehan Seksual
Menurut laporan yang diterima dari PT Kereta Api Indonesia Commuter Line dan KAJJ, sebanyak 36 kasus pelecehan seksual tercatat selama periode Januari hingga Oktober 2025. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pelecehan seksual ini terjadi di berbagai jam, terutama saat jam sibuk pagi dan sore hari, ketika kereta dipenuhi oleh penumpang.
Pelecehan seksual ini sering kali terjadi di area yang padat, di mana pelaku memanfaatkan kerumunan untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji. Selain itu, banyak korban yang merasa takut atau malu untuk melaporkan kejadian tersebut, sehingga kasus yang terungkap mungkin hanya sebagian kecil dari kenyataan.
Pihak PT Kereta Api Indonesia Commuter Line dan KAJJ telah berusaha untuk meningkatkan pengawasan dan keamanan di dalam kereta, termasuk memasang CCTV di beberapa area, serta memperkenalkan kampanye kesadaran tentang keamanan perempuan di transportasi publik. Namun, meskipun ada upaya tersebut, kekhawatiran terhadap keselamatan pribadi tetap menjadi isu besar bagi para penumpang, terutama perempuan.
Meningkatnya Keprihatinan Masyarakat
Kasus-kasus pelecehan seksual di transportasi publik ini tentu memicu keprihatinan di masyarakat, terutama bagi perempuan yang menggunakan kereta untuk beraktivitas sehari-hari. Banyak yang merasa tidak nyaman dan waspada setiap kali naik kereta, karena takut menjadi korban tindakan tidak senonoh. Bahkan, beberapa dari mereka memilih untuk menggunakan moda transportasi lain yang dianggap lebih aman, meskipun lebih mahal atau tidak sepraktis kereta.
Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam sistem keamanan transportasi publik di Indonesia. Meski sudah ada beberapa kebijakan untuk meningkatkan perlindungan terhadap perempuan, seperti adanya petugas keamanan dan pencitraan positif melalui kampanye, namun kenyataannya, masih banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi. Faktor kerumunan penumpang yang padat, kurangnya pengawasan langsung di tempat-tempat tertentu, dan budaya korban yang tidak melaporkan kejadian karena merasa takut atau malu, semuanya berkontribusi terhadap masalah ini.
Peran Teknologi dalam Meningkatkan Keamanan
Salah satu langkah yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia Commuter Line untuk mengurangi kasus pelecehan seksual adalah dengan menggunakan teknologi. Pemasangan CCTV di dalam gerbong kereta dan area stasiun bertujuan untuk meningkatkan pengawasan dan mengidentifikasi pelaku yang melakukan tindakan tidak senonoh. Namun, masih banyak penumpang yang merasa pengawasan tersebut belum cukup efektif.
Selain itu, penggunaan aplikasi mobile KAI Access dan KAJJ mobile app juga diharapkan dapat membantu penumpang melaporkan kejadian pelecehan seksual secara langsung melalui fitur laporan darurat. Penggunaan aplikasi ini memungkinkan penumpang untuk mengirimkan laporan secara anonim dan cepat, tanpa harus melalui prosedur yang rumit.
Perlunya Kesadaran dan Pendidikan untuk Mengurangi Pelecehan Seksual
Meningkatkan kesadaran di kalangan penumpang dan masyarakat umum tentang pentingnya keamanan seksual di transportasi publik adalah langkah penting untuk mengurangi insiden pelecehan. Kampanye edukasi yang mengajarkan tentang hak-hak perempuan, pentingnya rasa hormat antar sesama, dan bagaimana melaporkan pelecehan seksual secara aman dan mudah harus dilakukan secara terus-menerus.
Pihak berwenang juga perlu memberikan pelatihan khusus kepada petugas keamanan untuk lebih sigap dan responsif dalam menangani kasus pelecehan seksual. Penanganan yang cepat dan tepat dapat mencegah pelaku untuk terus melakukan tindakannya dan memberikan rasa aman kepada penumpang.
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mencegah Pelecehan Seksual di Kereta
Mencegah pelecehan seksual di transportasi publik memerlukan upaya bersama antara pemerintah, penyedia layanan transportasi, dan masyarakat. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko pelecehan seksual di kereta antara lain:
- Meningkatkan Pengawasan dan Keamanan
Pemasangan lebih banyak CCTV dan menambah jumlah petugas keamanan di gerbong kereta dan stasiun dapat memperkecil peluang terjadinya pelecehan seksual. - Pendidikan dan Kampanye Kesadaran
Kampanye yang mengedukasi penumpang mengenai tindakan yang harus diambil jika mereka menjadi korban pelecehan seksual sangat penting. Selain itu, penting juga untuk memberikan pelatihan bagi penumpang dan petugas untuk menghadapi situasi darurat. - Fasilitas Laporan Darurat yang Mudah Diakses
Meningkatkan aksesibilitas fasilitas pelaporan kejadian secara cepat dan anonim, baik melalui aplikasi mobile atau sistem lainnya. - Meningkatkan Sanksi bagi Pelaku
Penerapan sanksi yang lebih tegas terhadap pelaku pelecehan seksual, serta memberikan hukuman yang sesuai, dapat memberikan efek jera dan mengurangi kejahatan serupa.
Kesimpulan
Pelecehan seksual di transportasi publik tetap menjadi isu yang serius di Indonesia, terutama di layanan kereta commuter line dan KAJJ. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pengawasan dan keamanan, masih banyak korban yang merasa tidak aman ketika menggunakan moda transportasi ini. Oleh karena itu, kesadaran, pendidikan, dan penggunaan teknologi untuk meningkatkan pengawasan dan pelaporan menjadi langkah yang sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Kita semua memiliki peran dalam menciptakan lingkungan transportasi publik yang aman bagi setiap individu, terutama perempuan, di Indonesia.
Kembali ke Halaman Utama
Baca juga Indonesia Peringkat ke-3 Dunia Kasus Seksual Anak










