Cerita Dewasa 18+: Perselingkuhan di Kantor Ketahuan Istri

perselingkuhan dikantor hingga menjadi threesome

Kantor sudah sepi, jam dinding menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Lampu sebagian dipadamkan, hanya beberapa meja masih menyala. Rani duduk dengan blouse putih ketat dan rok pensil hitam yang menempel di paha mulusnya. Di seberang, Bima masih mengetik, wajah letih tapi matanya sesekali curi pandang ke tetek Rani yang nyaris meloncat dari balik blouse.

“Masih kuat?” tanya Bima, pura-pura santai.
“Kalau bonusnya enak, aku kuat terus,” jawab Rani sambil tersenyum nakal.

Bima berdiri, mendekati meja Rani. Dari belakang, tangannya langsung melingkari pinggang gadis itu, tubuhnya menempel. kontol menekan pelan ke kursi, membuat Rani kaget tapi tidak menolak. “Kamu gila, Mas… kalau ada yang lihat?” bisiknya.
“Yang ada, mereka iri,” balas Bima, bibirnya sudah menempel di lehernya.

Rani menutup mata, tubuhnya mengeliat saat ciuman itu makin panas. Bibir Bima turun ke kerah blouse, tangannya menyelinap masuk, meremas tetek dengan kuat. Rani mendesah tertahan, tubuhnya basah, bra tipisnya basah oleh jilatan lidah Bima.

“kontol kamu udah keras banget,” gumam Rani sambil memegang bagian bawah celana kerja Bima. Lelaki itu hanya mendesah, lalu menekan pinggulnya makin rapat.

Tanpa kata, rok Rani ditarik ke atas, memek sudah becek. Bima jongkok, menunduk, lidahnya menjilati memeknya yang basah tanpa ampun. Rani menggigit bibir keras-keras, tangan menutup mulutnya agar suaranya tidak terdengar keluar ruangan. Tubuhnya bergetar, mengeliat tak terkendali.

“Aku mau ngentot,” desahnya dengan suara serak.

Bima berdiri, membuka celana. kontol besar itu menegang bebas, Rani menatapnya penuh nafsu. Ia langsung berlutut, memberi spong liar. hisap dalam-dalam, sampai Bima hampir kehilangan kendali.
“Cukup… nanti aku ngecrot duluan,” desisnya, menarik Rani berdiri.

Mereka pindah ke ruang rapat kecil. Begitu pintu terkunci, Bima merebahkan Rani ke meja. kontol digesek mengesek ke memek basah, bunyinya membuat Rani makin gila. “Masukin…” rintihnya.

Bima menekan perlahan, kontol masuk ke memek. Rani menjerit pelan, desahan panjang menggema. Tubuhnya melengkung mengeliat , tetek terguncang saat Bima menghantam makin dalam.

Meja bergetar, berkas berantakan, suara keringat bercampur mengesek basah memenuhi ruangan. Rani mencakar punggung Bima, matanya terpejam, tubuhnya menggeliat liar.

Posisi berubah ke doggystyle, Bima menghantam keras dari belakang. “Jangan berhenti…” Rani berdesah, rambutnya berantakan, tubuhnya penuh keringat. Bima meremas tetek sambil menghantam makin dalam, suaranya kasar, “Aku nggak tahan lagi…”

Hentakan terakhir membuat keduanya gemetar. kontol memuntahkan sperma sedalam-dalamnya ke memek Rani. Cairan peju hangat mengisi, membuat gadis itu mendesah panjang, tubuhnya lemas di meja.

Mereka terdiam, napas memburu, keringat menetes. Bima menatap wajah Rani yang merah, antara rasa bersalah dan nikmat. Rani tersenyum miring, mencium bibirnya singkat.
“Kita pasti nyari alasan buat lembur lagi…”

Rani masih bisa merasakan kontol Bima yang keras menekan paha dalamnya saat mereka keluar dari ruang rapat. Malam itu mereka pulang dengan wajah merah, tapi tidak ada kata pamit. Besoknya, lembur lagi jadi alasan untuk mengulang yang tertunda.

Lampu ruang kantor redup, hanya beberapa meja menyala. Rani datang dengan blouse putih ketat, rok pensil hitam yang menempel di kulitnya. Dari jauh saja Bima sudah tertegun, matanya langsung fokus ke lekuk tetek yang menonjol di balik kancing blouse.

Begitu semua orang sudah pulang, Bima mendekat dari belakang. Tangannya langsung meraih pinggang Rani, tubuhnya menempel. Rani pura-pura kaget, tapi tidak menepis. “Kamu gila, kalau ada yang lihat?”

“Kalau ada yang lihat, mereka cuma akan iri,” bisik Bima sambil menempelkan bibirnya ke leher Rani.

Rani menutup mata, tubuhnya mengeliat saat bibir Bima bergerak turun. Dari leher, turun ke kerah blouse, sampai ke tetek yang mulai terasa basah. Tangan Bima masuk ke balik bra tipis, meremas dengan kuat. Rani mendesah pelan, tubuhnya bergetar.

“kontol kamu udah keras banget,” bisik Rani, tangannya menekan bagian bawah celana kerja Bima. Lelaki itu hanya mendesah, lalu menarik tangan Rani agar merasakan lebih jelas.

Tanpa banyak kata, mereka sudah tak tahan. Bima menurunkan resleting rok Rani, menyingkap memek yang sudah becek. Ia langsung menunduk, lidahnya menjilat penuh nafsu. Rani hampir berteriak tapi buru-buru menutup mulutnya sendiri, hanya mendesah tertahan yang keluar.

“Cepet… aku mau ngentot,” desahnya.

Bima berdiri, membuka celananya. kontol besar itu langsung menegang bebas. Rani menatapnya dengan mata berbinar, lalu berlutut cepat, memberikan spong panas penuh hasrat. hisap dalam-dalam, membuat Bima hampir kehilangan kendali.

“Cukup, nanti aku ngecrot sebelum waktunya,” geramnya, menarik Rani berdiri.

Mereka pindah ke meja kerja yang penuh tumpukan berkas. Rani direbahkan, roknya tersingkap, memek sudah menanti. Bima langsung menekan kontol masuk perlahan, tubuh Rani mengeliat melengkung, desahan panjang menggema di ruang sepi itu.

Tubuh mereka ngewe liar di atas meja. Bima menahan pinggul Rani, menghantam doggystyle dalam-dalam. Suara meja berderit, kertas-kertas berantakan, tapi mereka tak peduli.

“Lebih… dalam lagi,” rintih Rani.

Bima menuruti, kontol menghantam memek tanpa ampun. Cairan keringat bercampur, bunyi mengesek basah membuat suasana makin liar. Rani mencakar punggung Bima, wajahnya merah, bibirnya digigit sampai nyaris berdarah.

Mereka berganti posisi. Rani menunggangi, menggoyang pinggulnya, mengesek kontol dengan gerakan penuh kendali. tetek berguncang, Bima meremas keras, lidahnya menjilat puting yang sudah keras. Rani hampir gila, tubuhnya mengeliat , desahan keras menggema.

Akhirnya, gelombang itu tak bisa ditahan. Bima menggenggam pinggul Rani erat, hentakan terakhir membuat mereka berdua gemetar. kontol menyalurkan sperma ke memek Rani. Cairan peju memenuhi, membuat gadis itu mendesah nikmat panjang, tubuhnya terhempas sampai ke kursi.

Mereka terkapar di meja berantakan, napas memburu. Wajah Bima diliputi rasa bersalah, tapi matanya tetap tak bisa lepas dari tubuh Rani yang mengeliat di depannya.

“Ini salah,” bisiknya.

Rani tersenyum miring, menyapu keringat dari wajahnya. “Salah yang paling nikmat.”

Malam itu Rani sengaja pulang lebih dulu, tapi matanya terus menunggu pesan Bima. Hanya butuh satu chat pendek: “Aku antar sebentar ya” — sudah cukup bikin darahnya mendidih. Setengah jam kemudian, mobil hitam berhenti di depan kontrakan kecilnya. Bima keluar dengan wajah lelah, tapi tatapan matanya penuh api.

Begitu pintu kontrakan tertutup, Bima langsung menarik Rani ke dinding. ciuman panas dan liar, bibir mereka saling menempel, lidahnya masuk menjilat rakus. Tangan Bima tak buang waktu, langsung meremas tetek yang padat di balik blouse tipis. Rani mendesah keras, tubuhnya basah seketika.

“Mas, jangan di sini… tetangga bisa dengar…” Rani setengah berbisik.
“Biarin,” jawab Bima, tangannya sudah menurunkan resleting rok.

Rok melorot, memek sudah becek dan basah. Bima menekan kontol keras ke paha Rani, membuat tubuh gadis itu menggeliat. Bibirnya terus digigit, tetek diremas, sampai bra-nya terlepas. “Aku udah gila mikirin kamu,” desis Bima.

Rani hanya bisa menghela, tangannya masuk ke celana Bima, menggenggam kontol yang berdenyut. “Mas, cepet… aku mau ngewe sekarang…”

Mereka bergeser ke sofa kecil ruang tamu. Rani direbahkan, kakinya terbuka, memek diserbu lidah Bima yang menjilat habis-habisan. Rani menutup wajah dengan bantal, tapi suaranya tetap keluar, desahan kenikmatan panjang berulang-ulang. Cairan memek mengalir, mengesek kontol dengan basah.

Bima tak tahan lagi, celananya dibuka. kontol berdiri gagah, Rani langsung berlutut, memberi spong dalam dan panas. hisap dalam-dalam, bibirnya menghisap basah, matanya liar menatap ke atas. “Cukup, nanti aku keluar duluan,” Bima menahan, menariknya berdiri.

Mereka masuk ke kamar, tubuh beradu lagi di ranjang tipis. Bima mendorong kontol masuk ke memek perlahan, lalu hentakan keras. Rani menjerit kecil, tubuhnya mengeliat, tetek berguncang. “Dalam banget… Mas jangan berhenti…”

Hentakan makin cepat, suara air memek makin keras, mengesek kontol membuat ranjang berderit. Posisi berganti ke doggystyle , Bima menghantam brutal dari belakang, tangannya melintir puting Rani sampai tubuh gadis itu gemetar.

“Mas… aku mau keluar…” rintih Rani, wajahnya penuh keringat.
Bima menahan pinggulnya erat, hentakan terakhir membuat cairan peju muncrat hangat, memenuhi memek sampai luber. Rani mendesah panjang dengan nikmat, tubuhnya ambruk lemas di kasur.

Tapi belum selesai. Rani tiba-tiba bangkit, menunggangi, menggoyang pinggulnya sendiri. tetek berguncang, kontol mengesek makin dalam. Rani menunduk, bibirnya menjilat bibir Bima, ciuman lidah bergoyang bercampur peluh. Bima teriak serak, tubuhnya kejang saat ngecrot kedua kali meledak di dalam.

Pintu kontrakan mendadak terbuka keras, membuat Rani dan Bima yang sedang ngewe di ranjang kecil itu langsung membeku. Nafas mereka masih memburu, tubuh masih lengket peluh, dan kontol Bima masih menancap dalam memek Rani.

Di ambang pintu berdiri Alya, istri Bima. Matanya melebar, napasnya memburu. “Astaga… Bima?!”

Rani refleks menutupi tetek-nya dengan selimut, wajahnya merah panik. Bima langsung tarik keluar kontol-nya dengan tergesa, keringat bercucuran. “A-Alya… ini… aku bisa jelasin…”

Alya justru melangkah maju, menatap mereka berdua yang masih setengah telanjang. “Jelaskan? Kamu pikir ada yang bisa dijelasin setelah aku liat sendiri kontol-mu keluar masuk memek cewek ini?”

Suasana tegang, tapi di balik tatapan marah Alya, ada sesuatu yang lain. Matanya tidak hanya penuh amarah—ada api yang berbeda, api yang malah bikin Rani semakin basah di bawah selimut.

“Berhenti bohong,” Alya mendesis. “Aku marah. Tapi aku juga… penasaran.” Ia menatap Rani dari ujung kaki sampai kepala. “Jadi… ini yang bikin kamu rela bohong sama aku, Bim?”

Bima bengong, keringat dingin bercampur nafsu. “A-aku…”

Alya tidak menunggu. Ia melepas jaketnya, meletakkannya di kursi. “Kalau kalian sudah sejauh ini… aku mau liat sejauh apa kalian bisa memuaskanku juga.”

Rani ternganga. “Maksudnya… kamu mau… ikut?”

Alya mendekat, tangannya menyingkap selimut yang menutupi tubuh Rani. tetek Rani yang basah langsung terbuka, membuat Alya menelan ludah. Ia membelai pelan, jari-jarinya menggoda di sekitar puting yang sudah keras. “Ternyata kamu berani juga ya sama suami orang…”

Rani hanya bisa menggeliat, mendesah keenakan dan gugup. “A-aku…”

Bima masih bengong, tapi kontol-nya sudah kembali menegang keras. “Alya, kamu… yakin?”

“Diam,” Alya menatapnya tajam. “Kamu cuma ikut main kalau aku yang perintah.”

Ia lalu menunduk, menghisap pelan tetek Rani, membuat cewek itu melengkungkan punggung dan mendesah keras karena pengalaman baru ini. Rani menutup mulutnya agar tidak terlalu keras, tapi tubuhnya mengeliat di bawah sentuhan Alya.

Bima hampir gila melihat istrinya sendiri sekarang malah menjilat tetek cewek yang barusan jadi selingkuhannya.

“Bim,” suara Alya berat, “sekarang kamu maju. menjilat aku di sini. Rani… tetap buka memek-mu buat dia.”

Rani mengangkang, wajahnya merah, tapi matanya berkilat penuh nafsu. “Ayo, Bang…”

Bima langsung masuk lagi ke memek Rani dengan kontol-nya, suara becek basah terdengar jelas di kamar kontrakan sempit itu. Rani menjerit kecil, desahan nikmat keluar tanpa henti, sementara Alya terus menghisap dan menjilat tetek-nya.

Ritme makin cepat. kontol Bima mengesek dalam memek Rani, sementara tangan Alya tidak berhenti main di antara kedua tubuh itu.

“Ganti posisi,” Alya tiba-tiba memerintah. Ia mendorong Bima untuk doggystyle dari belakang Rani. “Aku mau liat wajahnya waktu kamu ngewe dia begini.”

Bima nurut, menarik Rani ke posisi doggystyle , kontol-nya masuk lagi dari belakang. Rani menjerit, tubuhnya mengeliat, matanya berair menahan nikmat dan becek di antara paha.

Alya menatap wajah Rani dari depan, lalu mendekatkan bibirnya. Mereka ciuman liar, lidah saling menjilat, sementara Bima menghantam dari belakang tanpa ampun. Suara becek bercampur desahan dan mengesek memenuhi ruangan.

“Bang… aku… keluar…!” Rani hampir menjerit ketika tubuhnya bergetar hebat.

Bima menggeram, lalu ngecrot di dalam memek Rani, membuat cewek itu bergetar keras sambil peluk erat Alya.

Tapi Alya tidak berhenti. Ia mendorong Bima ke ranjang. “Sekarang giliranku. Rani, kamu spong dia.”

Rani yang masih gemetar menunduk, spong kontol Bima dengan semangat, membuat suara hisapan dan muncrat terdengar basah. Alya ikut duduk di atas wajah Bima, memek-nya menekan mulut suaminya. “hisap aku, Bim!”

Bima terpaksa menjilat Alya dengan ganas, sementara Rani terus spong di bawah. kontol-nya makin keras, basah di sekitar mulut Rani.

Alya meremas tetek Rani dari samping, desahan sakit tapi enak keras terdengar berbarengan dari dua cewek itu.

Ritme makin gila. Tiga tubuh saling bersentuhan, mengesek , ciuman tanpa henti.

Akhirnya Bima tidak tahan lagi. “Aku ngecrot lagi!” teriaknya.

“Di sini!” Alya menekan kepala Rani ke kontol-nya. “crot di mulutnya!”

Bima mengerang keras dan pejunya muncrat banyak di mulut Rani, sebagian keluar menetes ke tetek-nya. Rani menelan sambil mendesah keras, tubuhnya bergetar karena ikut keluar lagi.

Alya menjerit juga, tubuhnya menegang di atas wajah Bima, lalu runtuh ke samping dengan napas tersengal.

Ruangan penuh aroma peju, keringat, dan tubuh yang masih panas.

Mereka bertiga ambruk di ranjang sempit itu, saling ciuman pelan, masih tertawa kecil meski kelelahan.

“Aku benci kamu, Bim,” Alya berkata setengah tertawa, setengah serius. “Tapi aku juga… nggak nyesel malam ini.”

Rani menyelipkan wajahnya di dada Alya. “Aku juga nggak nyangka… tapi ini terasa… terlalu enak.”

Bima hanya bisa terbaring, kontol-nya masih separuh keras, senyum konyol di wajahnya. “Jadi… kita happy ending?”

Alya mencubit perutnya. “Happy ending untuk malam ini. Besok… kita lihat lagi.”

Mereka bertiga tertawa kecil, saling ciuman lagi, lalu tertidur bersama dalam pelukan yang aneh tapi hangat.

Kembali ke Halaman Utama
Lanjut Video disini

Q: Apakah cerita dewasa ini nyata?
A: Tidak. Cerita ini adalah fiksi untuk hiburan pembaca dewasa 18+.

Q: Kenapa tema perselingkuhan di kantor populer?
A: Karena menghadirkan ketegangan antara profesionalisme, godaan, dan risiko ketahuan pasangan.

Q: Apa yang membuat cerita ini menarik?
A: Kisah ini unik karena menampilkan ketegangan ketika perselingkuhan akhirnya terbongkar oleh istri.

Q: Apakah cerita dewasa ini aman dibaca semua orang?
A: Tidak. Konten ini khusus untuk pembaca dewasa 18 tahun ke atas.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *